Halaman

Minggu, 03 Februari 2013

Rokok Vs Iklan




Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok secara sistematis, masif dan terus menerus mengkondisikan anak menjadi perokok pemula. Massifnya iklan, promosi, dan sponsor rokok menjadi pemicu naiknya jumlah perokok anak dan remaja secara drastis. Industri rokok di Indonesia memiliki kebebasan yang hampir penuh mempromosikan produknya dengan berbagai cara. Adalah berbohong jika iklan rokok ditujukan untuk mengingatkan agar perokok beralih ke produk baru.
Kenyataannya adalah iklan rokok ditujukan untuk mencari perokok baru. Bagi orang yang sudah kecanduan merokok, ada atau tidak ada iklan ia tetap mencari dan membeli rokok pertama yang sudah dicandunya. Sekali kecanduan, ia tidak dapat lepas lagi dari cengkraman rokok dan biasanya setia pada produk yang sudah biasa ia hisap.
Oleh karena itu, tidak masuk akal jika iklan rokok dimaksudkan kepada mereka yang sudah merokok. Satu-satunya kemungkinan iklan rokok lebih ditujukan untuk mencari perokok baru, terutaam di kalangan anak-anak dan remaja karena sekali mereka sudah terjerat, seumur hidup ia akan menjadi pembeli produk rokok tersebut.
Iklan rokok lebih tepat disebut sebagai media untuk mencari mangsa baru. Laporan Myron E. Johnson ke Wakil Presiden Riset dan Pengembangan Phillip Morris menyebutkan “Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok karena mayoritas perokok memulai merokok ketika remaja.” Pernyataan ini didukung oleh R.J Reynolds Tobacco Company Memo Internal, 29 Februari 1984 dalam “Perokok Remaja: Strategi dan Peluang” yang mengatakan, “Perokok remaja telah menjadi faktor penting dalam perkembangan setiap industri rokok dalam 50 tahun terakhir. Perokok remaja adalah satu-satunya sumber perokok pengganti. Jika para remaja tidak merokok maka industri akan bangkrut sebagaimana sebuah masyarakat yang tidak melahirkan generasi penerus akan punah..”
Hampir semua iklan rokok bertemakan remaja. Perusahaan rokok tahu betul strategi memangsa remaja yaitu “pedekate” lewat musik, olahraga, gaya hidup, budaya, dan agama. Hampir setiap konser di negeri ini disponsori rokok, hampir setiap lapangan olahraga di negeri ini dicat dengan logo rokok, pagelaran seni dan budaya pun tak luput dari gambar rokok, bahkan perdagangan nikotin ini muncul di spanduk-spanduk seruan keagamaan, belum lagi beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang jika ditilik ulang beasiswa tersebut berasal dari uang penduduk miskin yang tergerus oleh nikotin di dalam rokok.
Strategi pedekate kepada remaja dengan music, olahragam gaya hidup, budaya, dan agama ini disebut sebagai strategi membangun imej “good corporate citizen” sekaligus strategi untuk membungkam pemerintah dan menarik simpati masyarakat. Iklan-iklan tersebut menjadikan merokok adalah hal yang positif dan tidak berbahaya, malah seakan-akan dianggap “mulia” karena pesan sosial yang menjadi kedok kebejatan produknya.
Kembali ke pertanyaan Ismet Soeltani tadi, “Jika memang rokok sangat berbahaya? Mengapa perusahaan rokok tidak ditutup? Mengapa pemerintah diam saja?” Maka jawabannya adalah pemerintah sebenarnya bukan diam tapi dibungkam. Lalu, pertanyaan Rahmad Arif, “Apakah Kakak pernah dimarahi perusahaan rokok karena apa yang kakak lakukan ini akan membuat perusahaan-perusahaan rokok tersebut bangkrut?” Maka jawabannya adalah bagaimana perusahaan rokok akan marah karena yang tengah dibicarakan bukan isapan jempol melainkan data dan fakta yang dikumpulkan dari melihat, mendengar, dan merasakan.
Dalam menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei ini, WHO bersama Depkes dan Dinkes serta kalangan akademisi Kesehatan Masyarakat juga ahli para dalam Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) yang turut didukung oleh mahasiswa terus berupaya mengajak generasi Indonesia menjauh dari “produk amazing yang membunuh bangsa ini” yaitu rokok. Sementara kepada yang telah terlanjur merokok pilihannya hanya dua : “Stop Smoking or Stop Breathing, Berhenti Merokok atau Ikhlaskan Nyawa Anda Sekarang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India